Goa Tujuh Laweung
Goa Tujuh terletak di Jalan Banda Aceh - Medan KM 100, desa Laweung, Kecamatan Muara Tiga, Kabupaten Pidie, Aceh. Goa Tujuh adalah goa yang di anggap peninggalan sejarah oleh masyarakat daerah Laweung. Ada Tujuh pintu untuk memasuki goa Laweung. Ke Tujuh pintu tersebut memiliki sisi yang berbeda - beda.
Goa Tujuh dikelilingi dengan gunung yang tidak berhutan, atau sering disebut dengan pegunungan bebatuan. Apabila memasuki Goa Tujuh harus berhati - hati. Karena jalan yang menuju Makam yang disebut para Aulia tersebut masih mengalami kerusakan . Jalan yang terjal dan banyak bebatuan, sehingga pengunjung sulit untuk mengendari kendaran bermotor atau bus wisata.
Dengan panorama bebatuan disela - sela bukit tinggi, Goa Tujuh terletak diperbatasan sebelah barat. Tepatnya diperbatasan dengan daerah Laweung dekat selatan. Tentu memiliki keindahan tersendiri berada di puncak gua tersebut.
Goa Tujuh merupakan wisata Ziarah, karena tempat tersebut merupakan pertapaan para Aulia- Aulia. Goa Tujuh Goa Suci, karena di Goa tersebut menjadi tempat berkumpulnya para Aulia, Melalui pertapaan mereka jalan berhaji sampai ke Mekah. Menurut cerita Goa Tujuh memiliki 28 Goa, dengan pintu utama berjumlah Tujuh. Sebagai pembuka pintu Goa selanjutnya.
Hanya Tujuh pintu yang bisa di masuki oleh orang, sedangkan saat ini tersisah empat pintu yang masih terbuka lebar. Yang lainnya sudah tertutup dan tidak bisa di masuki dengan berbagai alasan yang ada. Bisa saja arah Goa tersebut terlalu luas dan apabila di masuki bisa tersesat di dalamnya.
Selain itu Goa tersebut tidak ada penerangan lain selain senter para pengunjung yang datang, sehingga terlihat gelap gulita apabila orang memasuki Goa Tujuh tersebut. Di dalam Goa Tujuh tersebut ada ukiran ayat - ayat Allah yang tertulis jelas di atas bebatuan Goa.
Ukiran bismilah tersebut bukanlah ciptaan manusia, akan tetapi memang sudah ada dari bebatuan di atas atap Goa tersebut. Biasanya tulisan ayat Allah tersebut akan mengeluarkan tetesan air, dan air tersebut di tampung ke dalam Drum. Alkisah air tersebut bisa menyembuhkan berbagai penyakit.
Tidak hanya itu saja, dahulunya Goa tersebut dihuni para ulama dan kerajaan - kerajaan, terbukti adanya tempat pelaminan, dan dapur. Serta banyak di dalamnya barang - barang yang bisa di ambil sampai saat ini. Meskipun melalui pertapaan yang sering dilakukan oleh para ulama - ulama terdahulu.
Misteri Rumah Geudong
Rumoh Geudong terletak di Desa Billie Aron, Kecamatan Geulumpang Tiga, Kabupaten Pidie, atau berjarak 125 KM dari Pusat Kota Banda Aceh. Menurut Alkisah dari penuturan Ahli waris Rumoh Geudong dibangun pada tahun 1818 oleh Ampon Raja Lamkuta, Putera seorang hulubalang yang tinggal di Rumoh Raya sekitar 200 meter dari Rumoh Geudong.
Pada masa penjajahan rumah tersebut dijadikan tempat untuk mengatur strategi perang yang diprakasai oleh Raja Lamkuta bersama dengan rekan - rekan seperjuangannya. Sebelum Rumoh Geudong digunakan sebagai Pos Militer ( Pos Sattis ) Sejak April 1990.
Masih menurut penuturan ahli waris, penempatan sejumlah personal aparat militer pada saat itu hanya sementara, tanpa sepengetahuan pemiliknya. Sebenarnya pemilik Rumoh Geudong merasa keberatan.
Akan tetapi karena Anggota Kopassus yang terlanjur menjadikan rumah tersebut menjadi pos militer sekaligus sebagai rumah tahanan dan tidak mau pindah lagi. Baru pada tahun 1996, dibuatlah surat pinjam pakai rumah yang ditandatangani oleh Muspika setempat, tanpa ada tanda tangan pemilik rumah.
Rumoh Geudong juga terkenal angker karena dihuni oleh makhluk halus, sehingga para aparat yang bertempat di situ sering diganggu. Cerita tentang adanya sebuah peti mati yang berisikan kain kafan yang berlumuran darah di Rumoh Geudong cukup membuat mistis para penghuninya.
Dari sebuah peti mati tersebut sering keluar makhluk halus yang berwujud harimau. Menurut penuturan dari ahli waris pemilik Rumoh Geudong, kain kafan tersebut milik nenek dari hulubalang yang meninggal dunia akibat diperlakukan secara kejam oleh Belanda.
Gangguan yang sering dirasakan seperti ketika saat tidur di bagian rumah atas, secara tiba - tiba diturunkan ke bagian rumah bawah. Dan pada tahun 1992 sempat juga terjadi penembakan yang dilakukan oleh seorang anggota kopassus yang menembak mati temannya sendiri karena dia bermimpi di datangi oleh harimau yang menyuruhnya menembak temannya itu.
Tapak Kaki Raksasa
Terletak di Kelurahan Padang, Kecamatan Tapaktuan - Aceh Selatan, di sebuah batu karang yang menghadap lautan lepas, ada sebuah bentuk tapak kaki raksasa. Dan dari situlah asal muasal nama Desa Tapaktuan.
Menurut penduduk lokal, itulah Tapak Kaki Tuan Tapa. Keberadaan tapak yang berukuran 6 x 2,5 meter terletak di kaki Gunung Lampu, Tapaktuan. Tapak tersebut menjadi daya tarik wisatawan. Untuk menuju ke sana tidak mudah. Pengunjung harus melewati batu karang dengan beragam ukuran.
Legenda tapak kaki Tuantapa menjadi asal muasal nama Ibukota Kabupaten Aceh Selatan, Yaitu Tapaktuan. Kota tersebut terletak 440 KM dari Ibukota Provinsi Aceh.
Menurut cerita dulu Tapak kaki tersebut sudah ada disini. Dan Tapak kaki tersebut menjadi legenda asal muasal Kota Tapak Tuan. Dahulu hidup seorang pertapa sakti bertubuh raksasa yang taat kepada Allah. Syech Tuan Tapa namanya.
Suatu hari ada dua naga dari negeri china menemukan seorang bayi terapung di tengah laut. Kemudian mereka merawatnya hingga tumbuh dewasa. Dan beberapa tahun kemudian kedua orang tua bayi yang menjadi Raja dan Permaisuri di Kerajaan Asranaloka mengetahui keberadaan putri mereka.
Raja meminta kembali buah hatinya kepada kedua naga, akan tetapi permintaan tersebut ditolak. Raja membawa lari putrinya naik ke dalam kapal. Kedua Naga marah dan terjadilah pertempuran ditengah laut sehingga mengusik persemedian Tuantapa.
Tuantapa lalu keluar dari gunung dimana dia bertapa dan melangkah kesebuah gunung. Saat berdiri dipuncak gunung, Tuantapa lalu melompat ke arena pertempuran, lalu jejak kaki itulah yang menyebabkan terjadinya Tapak saat Tuantapa berdiri.
Tuantapa berhasil membunuh kedua Naga dengan menggunakan tongkatnya. Niat Tuantapa menolong seorang bayi yang kini menjadi seorang putri menjadi kemarahan besar bagi kedua Naga tersebut hingga terjadilah pertarungan.
Dan pertarungan tersebut berhasil di menangkan oleh Tuantapa. Sang putripun kembali kepelukan sang Raja dan Permaisuri. Akan tetapi keduanya tidak kembali lagi ke kerajaan dan memilih menetap di Aceh.
Selain Tapak Raksasa, tidak jauh dari sana terdapat batu ditengah laut dan diyakini sebagai Kopiah Tapaktuan, tongkat yang sudah menjadi batupun disana ada. Dan berjarak 5 KM dari Tapak ada karang berbentuk hati di Desa Batu Itam dan Sisik Naga di Desa Batu Merah.
Dan ada juga karang berbentuk Layar Kapal di Desa Damar Tutong, Kecamatan Samadua - Aceh Selatan yang terletak 20 KM dari Tapak Kaki Raksasa. Konon Karang tersebut sisah Kapal Raja dan Permaisuri Kerajaan Asranaloka yang hancur saat bertempuran.
0 Response to "Goa Tujuh, Rumah Geudong, Tapak Raksasa"
Post a Comment
"Terimakasih telah berkunjung ke blog Media Online tempatnya berbagi informasi, apabila ada komentar silahkan berkomentar yang sopan"